Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu yang terjadi
akibat interaksi dengan lingkungan. Pembelajaran, merupakan hal membelajarkan—yang artinya mengacu kesegala
daya upaya bagaimana membuat seseorang belajar, bagaimana menghasilkan
terjadinya peristiwa belajar di dalam diri orang tersebut. Dalam
proses pembelajaran, komponen proses belajar memegang peranan yang sangat
penting. Proses pembelajaran akan bermakna apabila terjadi kegiatan
belajar anak didik. Oleh karena itu, guru sangat penting memahami teori belajar dan pembelajaran, agar dapat memberikan
bimbingan kepada anak didik sebaik-baiknya.
Istilah pembelajaran, diperkenalkan sebagai pengganti istilah pengajaran, meskipun kedua istilah itu sering digunakan bergantian dengan
arti yang sama dalam wacana pendidikan dan perkurikuluman. Dalam bahasa Inggris hanya satu istilah untuk keduanya (pembelajaran dan
pengajaran), yaitu INSTRUCTION
(Munandir, 2001)
Sebelum
kita membahas teori-teori belajar yang berkembang dewasa ini
terlebih dahulu akan dibahas prinsip-prinsip belajar dan hasil belajar,
teori-teori belajar yang dikembangkan sebelum abad ke 20 dan teori-teori
belajar yang dikembangkan pada abad ke 20. Perkembangan teor-teori
belajar ini banyak melibatkan penelitian. Teori-teori belajar yang diberikan
ini belumlah secara keseluruhan mendalam tapi baru sekedar untuk memberikan
informasi umum yang merupakan pandangan historis. Setelah
mempelajari bab ini diharapkan Anda mampu:
1 )
menjelaskan pengertian belajar,
2)
menjelaskan pengertian hasil belajar,
3)
menjelaskan tiga macam teori belajar yang berkembang sbelum abad ke 20,
4)
menjelaskan dua macam teori belajar yang berkembang pada aba ke 20,
5)
menjelaskan teori belajar penemuan (discovery learning),
6)
menjelaskan teori belajar bermakna (meaningful
learning),
7)
menjelaskan teori belajar menurut Gagne
8)
menjelaskan teori Peaget tentang perkembangan intelektual anak
9)
menjelaskan teori pembentukan dan pemahaman konsep
2.1 Pengertian
Belajar, Hasil Belajar dan Teori Belajar
2.1.1 Pengetian belajar
Sebagian
besar ahli pendidikan telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya
tentang belajar. Sering pula ditemukan rumusan itu berbeda satu sama lainnya sesuai
dengan sisi pandang masing-masing. Pada uraian ini akan dikemukakan beberapa
rumusan tentang belajar yang umum digunakan.
Pertama,
belajar didefinisikan sebagai modifikasi atau peneguhan perilaku melalaui
pengalaman (learning is defined as the modification or strenghening of
behavior through experiencing). Berdasarkan pengertian ini, belajar bukan
suatu hasil dan bukan pula suatu tujuan tetapi merupakan sutu proses atau suatu
aktivitas. Belajar tidak hanya proses mengingat atau menghafal, tetapi lebih
jauh dari itu, yakni proses mengalami sesuatu. Pengertian ini
berbeda dengan pengertian lama yang menyatakan bahwa belajar adalah memperoleh
pengetahuan. Pengertian lama ini bukan salah tetapi belum sempurna. Kedua, belajar adalah suatu proses perubahan perilaku individu
yang terjadi akibat interaksi dengan lingkungan. Pengertian ini menekanakan
pada interaksi individu dengan lingkungannya. Ketiga, belajar merupakan perpaduan kedua pengertian di atas, yaitu
merupakan suatu proses atau aktivitas individu dalam bentuk interaksi dengan
lingkungannya sehingga terjadi pengalaman belajar.
Setiap
proses pembelajaran, keberhasilannya diukur dari seberapa jauh hasil belajaryang dicapai, di samping
diukur dari segi prosesnya. Oleh karenanya, konsep hasil belajar penting
dipahami. Menurut Burton (1952) hasil belajar merupakan pola-pola
perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap, apresiasi,
kemampuan (ability), dan ketrampilan. Hasil belajar itu lambat laun
dipersatukan menjadi kepribadian dengan kecepatan yang berbeda-beda. Hasil
belajar yang telah dicapai bersifat kompleks dan dapat beradaptasi (adabtable)
atau tidak sederhana dan tidak statis. Belajar, pembelajaran dan hasil belajar
berkaitan erat dengan teori belajar. Bloom mengelomopkkan hasil belajar
dalam tiga wilayah (domain) atau dikenal dengan taksonomi Bloom, yaitu: (1)
ranah kognitif (pengetahuan), (2) ranah afektif (sikap), dan (3) ranah
psikomotor (keterampilan).
2.2 Teori belajar sebelum
abad ke-20
Ada
tiga teori yang terkenal, yaitu: (1) teori disiplin mental, (2) teori
pengembangan alamiah (natural unfoldment) atau self-actualization, dan (3) teori
apersepsi. Ketiga teori ini mempunyai satu ciri yang sama, yaitu
teori-teori ini dikembangkan tanpa dilandasi eksperimen. Ini berarti bahwa
dasar orientasinya ialah filosofi atau spekulatif (Dahar, 1988)
a. Teori disiplin mental (Plato, Aristoteles)
Teori ini menganggap bahwa dalam belajar, mental siswa didisiplinkan atau
dilatih. Guru melatih para siswa, dan setiap hari diberi tes, dan para siswa
yang belum pandai harus kembali sesudah jam sekolah untuk dilatih lagi
b.
Teori perkembangan
alamiah (natral unfoldment)
Menurut teori ini, anak akan berkembang secara alamiah. Pengembang teori ini
adalah: Jean J. Roussseau (1712-1778); ahli pendidik Swiss Heinrich Pestalozzi
(1746-1827); ahli filsafat, pedidik dan penemu gerakan “Kindegarten”
dari Jerman Friedrich Froebel (1782-1852). Teori ini berlawanan dengan
teori disiplin mental.
c. Teori
apersepsi (Johan Friedrich Herbart (1776-1841)
Menurut teori ini, belajar merupakan suatu proses terasosiasinya
gagasan-gagasan baru dengan gagasan-gagasan lama yang sudah membentuk pikiran (mind).
Teori ini berlawanan dengan teor disiplin mental dan teori alamiah.
2.3 Teori-teori Belajar Abad
ke-20
Ada dua kelompok teori yang berkembang pda abad
ke-20 ini, yaitu: (1) teori perilaku (behavioristik), yang berupa teori-teori
stimulus-respons (S-R) conditionin, dan (2) teori-teori kognitif (kelompok
Gestalt-field).
a. Teori
perilaku (behavioristik)
Menurut teori ini,
belajar merupakan suatu perubahan perilaku yang dapat diamati, terjadi melalui
stimulus-respons menurut prinsip-prinsip mekanistik. Nama-nama yang berhubungan
dengan teori ini ialah: Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936) adalah ahli fisiologi dan farmakologi Rusia; E.L
Thorndike; E.R.Guthrie; B.F. Skinner; R.M. Gagne; A. Bandura; dan beberapa yang
lainnya.
b. Teori
kognitif (Gestalt-field)
Menurut teori ini,
belajar merupakan suatu proses perolehan atau perubahan insait-insait (insights),
pandangan-pandangan (outlooks), harapan-harapan, atau pola-pola pikir.
Kelompok ini berpendapat bahwa konsep orang, lingkungan psikologi, dan
interaksi lebih memudahkan para guru dalam memberikan proses belajar.
Konsep-konsep ini memungkinkan guru untuk melihat seseorang, lingkungan, dan
interkasi dengan lingkungannya, semuanya itu terjadi pada waktu yang sama;
inilah artinya “field.” Selanjutnya, menurut kelompok ini,
bahwa perilaku yang tidak tampak atau yang tidak dapat diamati adalah mungkin
untuk dipelajari dengan cara ilmiah, misalnya pikiran-pikiran (thoughts). Oleh
karena kegiatan ini memusatkan diri pada menganalisa proses-proses kognitif,
maka prinsip-prinsip dan kesimpulan-kesimpulan, mereka menyarankan teori ini
disebut teori
kognitif.
Bigge (1982) menyimpulkan
perbedan kedua teori ini, yaitu: Pengikut teori perilaku menafsirkan belajar
sebagai perubahan tentang kekuatan variabel-variabel hipotesis yang disebut
hubungan stimulus-respons (S-R), asosiasi-asosiasi, kekuatan kebiasaan,
atau kecenderungan perilaku.
Sedangkan pengikut teori Gestalt-field (teori kognitif) mendefinisikan
belajar sebagai reorganisasi perseptual atau “cognitive field” untuk memperoleh pemahaman.
c. Teori
belajar penemuan (Discovery learning) Teori Bruner (1915-…)
Pendekatan Bruner terhadap belajar didasarkan pada dua asumsi Rosser
(1984): (1) Perolehan pengetahuan merupakan suatu proses interkatif. Berlawanan
dengan teori perilaku, Bruner yakin bahwa orang yang belajar berinteraksi
dengan lingkungannya secara aktif, perubahan tidak hanya terjadi di lingkungan,
tetapi juga dalam diri orang itu sendiri. (2) orang mengkonstruksi
pengetahuannya dengan menghubungkan informasi yang masuk dengan informasi yang
disimpan yang diperoleh sebelumnya. Model Bruner ini mendekati sekali struktur
kognitif Ausubel.
Belajar sebagai proses kognitif, Bruner
(1973) mengemukakan bahwa belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung
hampir bersamaan, yaitu: (1) memperoleh informasi baru, (2) transformasi
informasi, dan (3) menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan.
Salah satu model instruksional
kognitif yang
sangat berpengaruh dari Burner (1966) dikenal dengan belajar penemuan (discovery
learning). Bruner menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian
pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya memberikan hasil
yang paling baik. Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah, serta
pengetahuan yang menyertainya, sehingga menghasilkan pengetahuan yang
benar-benar bermakna.
d. Teori
belajar bermakna (meaningful
learning): Teori David Ausubel (1968)
Belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada
konsep-konsep yang relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang.
Proses interkatif antara materi yang baru dipelajari dengan subsumer-subsumer
inilah yang menjadi inti teori
belajar asimilasi Ausubel.
Proses ini disebut proses subsumsi.
Bila dalam struktur kognitif seseorang tidak terdapat konsep-konsep yang
relevan atau subsumer-subsumer relevan, maka informasi baru dipelajari secara
hafalan. Begitu pula bila tidak ada usaha dilakukan untuk mengasimilasikan
pengetahuan baru pada konsep-konsep yang relevan yang sudah ada dalam struktur
kognitif, akan terjadi belajar hafalan.
Peta konsep, Ausubel
sangat menekankan agar para guru mengetahui konsep-konsep yang telah dimiliki
para siswa supaya berlangsung belajar bermakna. Tetapi Ausubel belum menemukan
suatu alat atau cara bagi para guru yang dapat digunakan untuk terjadinya
belajar bermakna. Novak dan Gowin (1985) dengan bukunya “Learning
how to learn” mengemukakan bahwa belajar bermakna dapat dilakukan
dengan pertolongan peta
konsep.
e. Teori
Gagne (1916-…)
1) Hasil belajar, Gane mengemukakan 5 (lima) macam hasil belajar:
tiga diantarnya bersifat kognitif, satu bersifat afektif, dan satu lagi
bersifat psikomotorik, yaitu: (1) keterampilan intelektual, (2) strategi
kognitif, (3) sikap, (4) informasi verbal, (5) keterampilan motorik.
2) Kemampuan belajar, Gagne (1984, 1985) mengemukakan 5 kategori kemampuan
belajar, yaitu:
(1) Informasi
verbal
(2) Kemampuan
intelektual, yang terdiri dari:
a. Diskriminasi
b. Konsep
konkrit
c. Konsep
abstrak
d. Kaidah
e. Kaidah
tingkat lebih tinggi
(3) Strategi
kognitif
(4) Sikap
(5) Keterampilan
motorik
f. Tipe
kondisi belajar, Gagne
(1965) mengemukakan 8 tipe kondisi belajar
1. Belajar
tanda (signal learning)
2. Belajar stimulus-response
3. Merangkai
(chaining)
4. Belajar verbal Association
5. Belajar multiple discrimination
6. Belajar
konsep
7. Belajar
prinsip
8. Problem
solving
g. Teori
Piaget
1) Tiga aspek yang diteliti Piaget dalam perkembangan intelektual, yaitu: (1)
struktur, (2) isi, dan (3) funfgsi.
2) Tingkat-tingkat perkembangan intelektual, yaitu: (1) sensori-motor
(0-2 th), (2) pra-operasional (2-7 th), (3) operasional konkrit (7-11 th), dan
(4) operasi formal (11 th ke atas).
h. Teori
pembentukan dan pemahaman konsep (Degeng, 1989: 100-103)
1) Model Taba: Pembentukan
konsep
Taba (1980) memperkenalkan strategi pengorganisasian pengajaran
mikro, khusus untuk belajar konsep dengan pendekatan induktif. Strateginya
terdiri dari 3 tahap: (1) pembentukan konsep, (2) interpretasi, dan (3)
aplikasi prinsip
2) Model Bruner: peahaman konsep
Pembentukan konsep dan pemahaman konsep merupakan dua kegiatan mengkategori
yang berbeda yang menuntut proses berpikir yang berbeda. Dalam pemahaman
konsep, konsep-konsep sudah ada sebelunya, sedangkan dalam pembentukan
konsep adalah sebaliknya, yaitu tindakan untuk membantuk kategori-kategori
baru. Menurut Bruner (1980), kegiatan mengkategori meiliki dua komponen, yaitu:
(1) tindakan membentuk konsep, (2) tindakan pemahaman konsep.
i. Teori
elaborasi (Degeng, 1989: 114)
Teori elaborasi mempreskripsikan cara pengorganisasian pengajaran dengan
mengikuti urutan umum ke khusus (rinci). Menurut Reigeluth dan Stein
(1983) ada 7 komponen strategi yang diintegrasikan ke dalam teori
elaborasi ini: (1) urutan elaborasi, (2) urutan prasyarat belajar, (3)
rangkuman, (4) sintesis, (5) analogi, (6) pengaktif strategi kognitif, dan (7)
kontrol belajar
Ringkasan
Belajar merupakan
suatu proses atau aktivitas individu dalam bentuk interaksi dengan
lingkungannya sehingga terjadi pengalaman belajar. Pembelajaranmerupakan
hal membelajarkan—yanng artinya mengacu kesegala daya upaya bagaimana
membuat seseorang belajar, bagaimana menghasilkan terjadinya peristiwa
belajar di dalam diri orang tersebut. Hasil belajar merupakan
pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap,
apresiasi, kemampuan (ability), dan keterampilan. Ada tiga teori
belajar yang terkenal sebelum abab ke-20, yaitu: (1) teori disiplin mental, (2)
teori pengembangan alamiah (natural unfoldment) atau self-actualization,
dan (3) teori apersepsi. Dan ada dua kelompok teori belajar yang
berkembang pda abad ke-20 ini, yaitu: (1) teori perilaku (behavioristik), yang
berupa teori-teori stimulus-respons (S-R) condition,
dan (2) teori-teori kognitif (kelompok Gestalt-field).
Perlatihan
Setalah Anda mempelajari
bab ini kerjakanlah latihan berikut:
1 )
Jelaskan pengertian belajar belajar!
2)
Jelaskanlah pengertian hasil belajar!
3)
Jelaskan tiga macam teori belajar yang berkembang sbelum abad ke 20!
4)
Jelaskan dua macam teori belajar yang berkembang pada aba ke 20!
5)
Jelaskan teori belajar penemuan (discovery learning)!
6)
Jelaskan teori belajar bermakna (meaningful
learning)!
7)
Jelaskan teori belajar menurut Gagne!
8)
Jelaskan teori Peaget tentang perkembangan intelektual anak!
9)
Jelaskan teori pembentukan dan pemahaman konsep!
0 komentar:
Posting Komentar